Image Hosted by ImageShack.us
 

geboy inside:

Save on Pet Meds at PetCareChoice.com
get over £100 worth of Free vouchers

Thursday, November 29, 2007
catatan si geboy: Tafsir jaman ini akan tembang lir-ilir
Tafsir jaman ini akan tembang lir-ilir

Bisakah luka yang teramat dalam ini nanti akan sembuh?

Bisakah kekecewaan bahkan keputus asaan yang mengiris-iris berpuluh-puluh juta saudara kita ini pada akhirnya nanti akan kikis?

Adakah kemungkinan kita akan bisa merangkak naik kebumi dari jurang yang teramat curam dan dalam
?

Akankah api akan berkobar-kobar lagi?

Akankah asap akan membumbung lagi dan memenuhi angkasa tanah air?

Akankah kita akan bertabrakan lagi satu sama lain dengan pengorbanan yang tidak akan pernah terkirakan?

Bersediakah kita sebenarnya untuk tahu persis apa yang sesungguhnya kita cari?

Cakrawala yang manakah yang menjadi tujuan sebenarnya dari langkah-langkah kita?

Pernahkah kita bertanya bagaimana caranya melangkah yang benar?

Pernahkar kita mencoba menyesali dari hal yang perlu disesali dari perilaku-perilaku kita yang kemaren?

Bisakah kita menumbuhkan kerendahatian dibalik kebanggaan-kebanggan?

Masih tersediakah ruang didalam dada kita dan akal kepala kita untuk sesekali berkata kepada diri sendiri bahwa yang bersalah bukan hanya mereka,bahwa yang melakukan dosa bukan hanya dia, tetapi juga kita. Masih tersediakah peluang didalam kerendahan hati kita untuk mencari apapun saja yang kira-kira kita perlukan, meskipun seringkali menyakitkan kita sendiri. Mencari hal-hal yang kita butuhkan agar supaya sakit, sakit, sakit ini benar-benar sembuh total. Sekurang-kurangnya dengan perasaan santai kepada diri sendiri untuk menyadari dengan sportif bahwa yang mesti disembuhkan itu nomer satu bukan yang diluar diri kita tapi didalam diri kita.

Yang perlu utama kita lakukan adalah menyembuhkan diri yang kita yakini bahwa yang yang betul-betul harus disembuhkan justru segala sesuatu yang berlaku didalam hati dan akal pikiran kita. Saya ingin mengajak memasuki dunia ilir-ilir,

Lir.. ilir....., Lir.. ilir..... tandure wis su..mi..lir......
(Lir ilir, lir ilir tanamannya sudah mulai bersemi)
Tak ijo.. royo.... ro..yo......
(Hijau Royo royo)
Tak sengguh temanten a...nyar..
(demikian menghijau bagaikan pengantin baru)

Kanjeng sunan ampel seakan-akan baru hari ini bertutur kepada kita, tentang kita, tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri namun tidak kunjung sanggup kita mengerti.

Sejak lima abad silam syair itu ia lantunkan dan tidak ada jaminan bahwa sekarang kita sudah faham. Padahal kata-kata beliau itu mengeja kehidupan kita ini sendiri, alpha, beta, alif, ba', ta', kebingungan sejarah kita dari hari kehari. Sejarah tentang sebuah negeri yang puncak kerusakannya terletak pada ketidaksanggupan para penghuninya untuk mengetahui betapa kerusakan itu sudah sedemikian tidak terperi.

Menggeliatlah dari matimu!!!, tutur sang Sunan

Siuman dari pingsan berpuluh-puluh tahunmu.

Bangkitlah dari nyenyak tidur panjangmu, sungguh negeri ini adalah penggalan surga.
Surga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan keindahannya, dan cipratan keindahannya itu bernama INDONESIA RAYA.

Kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja diatas kesuburan tanahnya yang tak terkirakan. Tidak mungkin kamu temukan makhluk Tuhanmu kelaparan ditengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini, bahkan bisa engkau selenggarakan dan rayakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang bisa dicapai negeri-negeri lain yang manapun. Tapi kita memang telah tidak mensyukuri rahmat sepenggal surga ini. Kita telah memboroskan anugrah Tuhan ini lewat cocok tanam ketidak adilan dan panen-panen kerakusan.

Cah angon.... cah angon..... penekno blimbing ku...wi......
(Anak-anak penggembala, panjatkan pohon belimbing itu)
Lunyu... lunyu... penekno.... kanggo mbasuh dodod..i..ro....
(Biar licin tetaplah panjat untuk mencuci pakaianmu)

Kanjeng sunan tidak memilih figur misalnya, Pak Jendral...pak jendral..., juga bukan intelektual-intelektual, Ulama-ulama, seniman-seniman, sastrawan-sastrawan, tapi cah angon-cah angon.

Beliau juga menuturkan penekno blimbing kuwi. bukan Penekno Pelem ku..wi....,(Panjatkan mangga itu) bukan penekno sawo kuwi
(Panjatkan sawo itu), bukan penekno buah yang lain, tetapi blimbing bergigir lima. Terserah apa tafsirmu mengenai lima, yang jelas harus ada yang memanjat pohon yang licin itu "lunyu-lunyu penekno" agar blimbing bisa kita capai bersama-sama dan yang harus memanjat adalah "cah angon". Tentu saja ia boleh seorang doktor, boleh seorang seniman, boleh seorang kyai, boleh seorang jendralatau siapapun, namun ia harus memiliki daya angon, daya menggembalakan, kesanggupan untuk mengemong semua fihak, karakter untuk merangkul dan memesrai siapa saja, sesama saudara sebangsa, determinasi yang menciptakan garis resultan bersama memancarkan kasihsayang yang dibutuhkan setiap warna, semua golongan, semua kecenderungan.

Bocah angon adalah seorang pemimpin nasional bukan pemimpin golongan atau pemuka suatu gerombolan.

Selicin apapun pohon-pohon reformasi ini bocah angon harus memanjatnya, harus dipanjat sampai selamat memperoleh buahnya. Bukan ditebang, dirobohkan atau diperebutkan. Dan air saripati blimbing lima gigir itu diperlukan bangsa ini untuk mencuci pakaian nasionalnya.

Pakaian adalah akhlak, pakaian adalah yang menjadikan manusia bukan binatang. kalau engkau tidak percaya berdirilah engkau didepan pasar dan copotlah pakaianmu, maka engkau akan kehilangan segala harkatmu sebagai manusia.

Pakaianlah yang menjadikan manusia adalah manusia, pakaian adalah pegangan nilai, landasan moral dan sistem nilai. Sistem nilai itulah yang harus kita cuci dengan pedoman lima.

Dodod..iro....dodod..iro.... kumitir bedah ing... ping..gir.....
(Pakainmu itu tertiup2 angin dan sobek di pinggir pinggirnya)
Dondomono jlumatono.... kanggo sebo.. mengko.. so...re....
(Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore)
Mumpung pandang rembu..la..ne...
(Selagi terang (sinar) bulan-nya)
Mumpung jembar kala..nga..ne...
(Mumpung luas kesempatannya)
Yo.. surako surak.. hi..yo....
(Mari bersorak-sorak ayo…)

Satu tembang tidak selesai ditafsirkan dalam seribu jilid buku, Satu lantunan syair tidak selesai ditafsirkan dengan waktu seribu bulan dan seribu orang melakukannya.

Aku ingin mengajakmu untuk memandangi warna-warni yang bermacam-macam dengan membiarkan mereka dengan warnanya masing-masing, agar kita mengerti dengan hati dan ketulusan kita, apa muatan kalbu mereka mengenai Ilir-ilir, mengenai ijo royo-royo, mengenai temanten anyar, mengenai bocah angon dan blimbing, mengenai mbasuh dodod iro, mengenai kumitir bedah ing pinggir. yang akan kita bicarakan tentu saja, kapan saja bersama-sama. Tapi aku ingin mengajakmu menentukan siapa saja diantara saudara-saudara kita tanpa pernah kita larang-larang untuk menjadi ini atau untuk menjadi itu, asalkan kita bersepakat bahwa bersama-sama mereka semua kita akan menyumbangkan yang terbaik bagi semuanya, bukan bagi ini, bukan bagi itu, bukan hanya bagi yang disini juga yang disana.

syair ilir-ilir dicipta oleh waliullah Sunan Ampel, dikembangpopulerkan oleh banyak orang juga Kyai Kanjengnya M.H. Ainun Najib (Cak Nun)

Labels: ,

posted by ali maftuh,DVM @ 1:36 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
Google
 
About Me


Name: ali maftuh,DVM
Home: Tubanopolitan, East-Java, Indonesia
See my complete profile

myPetSally

Save 80% on pet medications

Pet-Supermarket.co.uk

Veterinary Journal
PubMed J.VetSci JVB BMC VetPathol ScienceDirect JVDI JVME JVMS JEVS AVJ
------------------
===PDF to WORD===
Veterinary e-books

vet4arab.co.cc

aahanet.org

aahanet.org

Previous Post
Powered by

BLOGGER

Add to Technorati Favorites