Image Hosted by ImageShack.us
 

geboy inside:

Save on Pet Meds at PetCareChoice.com
get over £100 worth of Free vouchers

Saturday, November 03, 2007
papervet: hip-dysplasia anjing
HIP-DYSPLASIA ANJING
Oleh: Ali Maftuh

Hip-dysplasia merupakan salah satu penyakit kelemahan sendi yang menyebakab ketidakharmonisan hubungan articulatio coxofemoralis, tercatat sampai kepada 30% dari kasus ortopedic pada anjing adalah permasalahan hip-dysplasia. Kasus ini terjadi terutama pada ras medium dan besar, misalnya jenis Saint Bernard, Rottweiler, Golden Retriever, Siberian Husky, Labrador Retriever, German Sheperd atau Herder dan lain-lain. Tetapi tidak berarti anjing jenis kecil
tidak mengalami kelainan ini. Jenis kelamin tertentu pada anjing tidak mempengaruhi frekwensi kejadian penyakit ini. Berbeda dengan hewan, pada manusia 80% kasus hip-dysplasia adalah wanita.

Secara klinis anjing yang terserang hip-dysplasia biasanya akan pincang pada kaki belakang, anjing sukar atau lambat merubah posisi dari bentuk rebah ke posisi berdiri, kadang-kadang anjing menunujukkan gejala meloncat-loncat dengan kaki belakang (kaki belakangnya tidak berayun sama sekali) selain bentuk tungkai belakangnya tidak lurus, melainkan X atau O.

Tidak semua anjing dengan problem hip-dysplasia kongenital dilahirkan dengan kondisi persendian yang salah. Bisa saja mereka dilahirkan dengan tulang tungkai yang normal, tetapi akibat kesalahan pemeliharaan sehingga menyebabkan persendian tersebut menjadi longgar. Walaupun etiologi hip-dysplasia adalah multifactorial, namun pathogenesis di dalam sambungan coxofemoral tidak dipengarhi oleh penyebab dari hip dysplasia itu sendiri. Serangan dari penyakit ini akan menjadikan perubahan struktural progresif seperti kelemahan sendi dan subluxation pada caput femoris; bengkak, peregangan, kerusakan, dan akhirnya terjadi ruptur pada teres ligamen, selain itu juga akan terjadi pendangkalan, peratakan acetabulum dan kelainan bentuk dari caput femoris.

Hip-dysplasia mengakibatkan synovitis (radang pada lapisan synovial dari sendi panggul) yang disebabkan oleh meningkatnya volume cairan akibat osteoarthritis yang mempengaruhi sendi, sehingga osteoarthritic juga dapat menjadi ukuran diagnostik yang utama untuk hip-dysplasia pada anjing. Gambar hasil sinar x kasus osteoarthritis pada sendi panggul juda dapat menunjukkan adanya pertumbuhan tulang pada caput femoralis dan pendangkalan acetabulum.

EPIDEMIOLOGI

Hip-dysplasia mempengaruhi anjing dari semua keturunan, tetapi kejadian ini lebih umum terjadi pada anjing besar. Prevalensi hip-dysplasia keturunan ini diperkirakan oleh Orthopedic Foundation for Animals (OFA) bervariasi antara 10% sampai 48% kejadian. Pada keturunan medium sampai besar (seperti halnya kucing dan keturunan kecil) dan keturunan yang dicampur dapat menyatakan cirri-ciri yang sama dengan besar atau medium.

Biasanya, peningkatan kelemahan pinggul dan beberapa ketimpangan akan terlihat jelas pada usia 3-8 bulan, seperti sambungan subluxation pada pinggul yang dysplastic memimpin ke arah osteoarthritis. Ini awal ketimpangan mungkin dalam kaitannya dengan synovitis (radang pada lapisan dari sendi), effusion (peningkatan volume cairan synovial), sakit pada sambungan subchondral, dan mungkin merasa adanya goncangan pada sendi pinggul yang mengalami subluxat. Sakit yang dihubungkan dengan osteoarthritis melanjut dan seperti butir fibrosis (bahan pengental) yang dapat mengurangi cakupan gerakan pinggul. Perubahan Osteoarthritic pada gambar hasil sinar x tidak sulit dilihat sampai anjing berumur satu tahun atau lebih, walaupun mereka telah dideteksi sejak usia 6 bulan.

ETIOLOGI

Peningkatan jumlah peptida (protein) dari colagen type III didalam cairan synovial dilaporkan dapat mempengaruhi sambungan, tetapi jaringan dan cairan tersebut dihasilkan dari anjing dewasa dengan osteoarthritis bukannya dari anjing yang berada dalam tahap awal hip-dysplasia.

Peningkatan cairan synovial intraarticular dari hasil peradangan dalam sambungan juga akan menyebabkan ketidakstabilan. Peningkatan level relaxin, estrogen, dan precursors estrogen yang diperoleh dalam jumlah besar didalam susu Labrador Retrievers dapat masuk dalam peredaran dalah anak anjing saat menyusui. Hormon ini mempunyai suatu efek kuat pada metabolisme jaringan sendi. Salah satu hipotesanya adalah anak anjing tersebut peka efek kepada laxity-inducing relaxin oleh estrogen dengan konversi dari testosterone yang dihasilkan dari susu induk yang terdiagnosa dysplasia. Relaxin telah dikenal dapat mempengaruhi kelemahan pada estrogen-primed jaringan pelvis pada proses kelahiran dan oleh karena itu dapat juga berperan untuk capsular laxity.

Faktor Genetik

Hip-dysplasia pada anjing merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan, perkecualian pada trauma neonatal. Penyakit ini merupakan suatu ciri poligenic yang disebabkan oleh interaksi beratus-ratus gen, dimana masing-masing menyokong suatu bagian kecil pada penyakit tersebut. Sedikitnya satu pasang gen ini dipercaya menjadi recessive. Hal ini menjadi suatu ciri additive dimana keparahan dari suatu penyakit individu ditentukan oleh banyaknya gen "terpengaruh" yang muncul. Genotype menentukan rencana keturunan untuk bentuk pinggul, ukuran, hubungan anatomis, musculature, dan inervasi, juga suatu program untuk pertumbuhan dan perubahan bentuknya. Sekitar 17 - 36 persen keturunan dari anjing dysplastic akan menjadi normal dan 63 - 93 persen akan menjadi dysplastic.

Hip-dysplasia adalah mempunyai ciri kuantitatif atau kompleks yang merupakan rangkaian dari tak dapat dilihat (tanpa gejala klinis) sampai yang parah. Hal ini merupakan kaitan antara pengaruh lingkungan (seperti gizi dan latihan, dan yang lain) dengan konstitusi genetik yang mempengaruhi derajat abnormalitas tersebut dapat terlihat. Ekspresi gen ini mungkin telah dimodifikasi oleh sejumlah faktor lingkungan, namun faktor lingkungan tidak menyebabkan hip-dysplasia, tetapi mereka boleh menentukan apakah hal tersebut dapat memenculkan gejala klinis dan besaran derajat tingkat keparahannya. Sebagai contoh, dimana anjing yang membawa gen untuk hip-dysplasia jika diberi makan suatu diet bersifat melindungi bisa nampak phenotypically normal setelah usia delapan tahun.

Faktor Non Genetik

1. Kelemahan Sendi

Kelemahan sendi merupakan faktor yang signifikan dalam patogenesis hip-displasia, ini terjadi sebelum perubahan karakteristik bentuk dan perubahan degeneratif berlangsung. Kejadian ini dapat dicegah dengan memelihara kongruensi sendi sampai anjing berumur enam bulan ketika tulang rangka dan struktur pendukung cukup kuat untuk mencegah subluxation. Kasus hip-dysplasia kongenital pada anak anjing tidak akan berkembang menjadi penyakit ketika anjing tersebut ditaruh pada sangkar kecil yang memaksanya untuk duduk tenang.


Disamping bukti ini, kelemahan sendi menjadi isu yang kontroversial. Hal tersebut dapat diargumentasikan dengan semua sambungan pada anjing belum dewasa akan lebih lemah dibandingkan dengan anjing yang telah dewasa. Permasalahannya adalah saat menentukan kelemahan sendi normal pada anak anjing dan berapa besar kelemahan tersebut dapat untuk memulai mengubah model dan cartilago apabila dihubungkan dengan hip-dysplasia, kelemahan sendi yang parah secara khas dapat mengakibatkan pengembangan hip-dysplasia, namun sendi pinggul yang stabil pada umumnya dapat berkembang secara normal.

2. Keturunan

Ada kecenderungan bahwa jenis badan telah menjadi catatan dysplastic pada anjing. Secara garis besar, anjing keturunan kecil mempunyai frekuensi terjangkit hip-dysplasia lebih rendah dari pada anjing keturunan besar. Kasus pada sendi tersebut lebih sedikit terjadi pada keturunan dengan kulit ketat, prominensia penuh otot dan sedikit lemak pada kulit, jaringan subcutaneus dan fascia dibandingkan dengan keturunan yang mempunyai kulit longgar, perkembangan otot lambat, dan lemak subcutaneus lebih dari 5%- 10%.

Anjing yang mengalami hip-dysplasia akan cenderung untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat. Namun otot pinggul mungkin tidak berkembang sebelum relatif cukup kuat untuk mencegah subluxation selama menerima beban. Neuromuscular immaturity diperkirakan juga sebagai penyebab tertundanya pengembangan kekuatan otot tetapi hal ini masih belum terbukti.

3. Hormonal

Sejumlah hormon, mencakup estrogen, relaxin, growt hormon, hormon parathyroid dan insulin telah diselidiki potensinya yang menyebabkan atau menyokong faktor hip-dysplasia. Betina tidak boleh mengalami kelemahan sendi selama musim anestrus. Abnormalitas metabolisme estrogen pada manusia menyebabkan kelemahan sendi, dan estrogen diberikan kepada anak anjing dapat mempengaruhi hip-dysplasia, tetapi ukuran estrogen pada anak anjing dysplastic tidaklah lebih tinggi dibanding dengan anak anjing normal. Level relaxin yang ditingkatkan pada betina postpartum dengan hip-dysplasia dan relaxin yang diberikan pada anak anjing dapat mempengaruhi pengembangan hip-dysplasia.

4. Nutrisi dan Pertumbuhan cepat

Overfeeding dengan cepat akan memacu pertumbuhan, anjing keturunan besar dapat meningkatkan keparahan dan frekwensi hip-dysplasia. Diet paling komersial pada anjing adalah dalam kaitannya dengan seimbang vitamin, mineral, karbohidrat, dan kebutuhan serat dan protein. Overfeeding sendiri tidak menyebabkan hip-dysplasia, namun hal tersebut dapat memaksimalkan predisposisi genetic penyakit pada individu.

Overfeeding akan memaksimalkan keparahan osteoarthritis pada anjing yang mempunyai sejarah keturunan hip-dysplastic. Dari bukti yang paling kuat dapat disimpulkan pada peristiwa anak anjing labrador yang diberi makan suatu diet terbatas (75% dari konsumsi harian) telah dengan mantap menurunkan hip-dysplasia dan mengurangi tingkat keparahan osteoarthritis dibanding anjing yang menikmati akses makanan tak terbatas. Lebih lanjut, anjing yang diberikan diet terbatas telah dengan mantap mengurangi osteoarthritis pada pinggul mereka, bahu, dan stifles. Meskipun demikian anjing secara genetic akan tetap menurunkan hip-dysplastic walaupun telah diberikan diet terbatas, tetapi kemunculan phenotypic akan disembunyikan. Sehingga pembatasan berkenaan dengan aturan makan boleh saja diberikan, namun tidak akan mengurangi kepekaan gen pada keturunan mereka.

5. Calsium (Ca)

Calsium (Ca), sodium (Na), dan kalium (K) merupakan beberapa elektrolit utama sebagaimana berfungsi bagi banyak aktifitas biologi. elektrolit adalah molekul atau atom yang berfungsi baik negatif maupun positif.

Pertanyaan supplementasi kalsium (Ca) menjadi kontroversial bagi para breeder, namun sebaiknya kalsium ini jangan diberikan berlebihan. Ini bukan berarti menghilangkan kalsium diperlukan dari diet anjing, karena kalsium tidak hanya sebagai komponen skeletal penting, namun kalsium juga penting bagi elemen pembekuan darah, pelepasan hormonal dan kontraksi otot. Pada tiga sistem biologi (tulang, ginjal, dan usus) Calsium juga dilibatkan didalam mengendalikannya.

Anjing muda tidak mempunyai suatu mekanisme yang bersifat melindungi melawan terhadap kelebihan calsium, Diet berlebih akan meningkatkan jumlah calsium yang diserap dari gastrointestinal. Kalsium tinggi mengurangi aktivitas osteoclastic, menunda pengerasan endocondral dan perubahan bentuk skeletal, sehingga jumlah kalsium pada perbandingan calsium dengan fosfat (Ca:P) menjadi lebih penting.

6. Vitamin D

Saat vitamin D ditingkatkan, penyerapan kalsium yang diserap dan penyerapan ginjal juga meningkat, kelebihan vitamin D mempunyai efek serupa dengan kelebihan kalsium. Kelebihan asupan kalsium dan vitamin D akan mendukung pengembangan pada individu yang mempunyai predisposisi genetik hip-dysplastic sehingga harus dihindarkan pada anjing muda yang mempunyai tingkat pertumbuhan sangat cepat.

7. Vitamin C

Vitamin C diperlukan untuk mensintesis colagen, tetapi anjing tidak memerlukan dalam makanan. Ketika mereka mensintesis jumlah yang cukup. Pemberian vitamin C dosis tinggi pada betina hamil dan anak mereka sampai umur dua tahun dilaporkan dapat menekan hip-dysplasia. namun ketiadaan evaluasi radiografis, tindak lanjut, dan ketidakmampuan untuk mengembangkan hasil pada pengawasan percobaan klinis membuat hasil ini masih diragukan.

Studi lain menunjukkan kelebihan vitamin C pada anak anjing menyebabkan hypercalcimia dan akan menunda tulang mengubah bentuk dan cartilago waktu menjadi masak. Tidak ada bukti ilmiah bahwa melengkapi diet anak anjing dalam masa pertumbuhan dengan dosis vitamin C berlebih akan mencegah hip-dysplasia. Dan apabila praktek ini berpotensi berbahaya, haruslah dihentikan.

8. Exercise/Latihan

Latihan belum menunjukan secara spesifik kontribusinya akan perkembangan hip-dysplasia, karena hal tersebut belum dipelajari secara intensif dibandingkan pengaruh dari nutrisi. Kemungkinan hip-dysplasia adalah suatu penyakit biokimia yang disebabkan oleh penekanan tulang rangka yang belum dewasa, sehingga latihan diduga akan mempercepat pengembangan dari perubahan kemunduran akan ketidakstabilan pinggul pada anjing. Namun disisilain latihan juga mungkin punya suatu efek bersifat melindungi dari kelebihan nutrisi dengan menurunkan jumlah energi yang tersedia untuk pertumbuhan dan mungkin juga meningkatkan kekuatan otot. Untuk itu riset lebih lanjut diperlukan untuk menjawab permasalahan ini.

PATHOGENESIS

Pada usia muda anjing yang secara kongenital menderita hip-dysplasia mempunyai suatu pinggul normal, namun seiring dengan berjalannya pertumbuhan akan mengarah pada hilangnya keharmonisan hubungan antara caput femoris dan acetabulum. Beberapa hal yang menyebabkan abnormalitas pinggul tersebut meliputi:

1) Ossifikasi dari caput femoris yang tertunda.
2) Rendahnya konsentrasi asam hyaluronic.
3) Peningkatan rasio dari collagen type III

Perkembangan hip-dysplasia dan perubahan radiografis meliputi:

1) Ketidakstabilan sendi utama
2) Peningkatan produksi cairan synovial dan penebalan teres ligament.
3) Awal subluxation, Penebalan joint capsule dan peningkat tegangan pada pelvic musculature.
4) Gesekan antara caput femoris dan dorsal cekungan acetabulum menyebabkan tulang rawan fibrillation, microfracture atau tulang rawan erosi.

Indikasi awal terjadinya hip-dysplasia dapat terlihat pada usia sekitar 5 bulan, gambar pada hasil sinar x mengkonfirmasikan beberapa derajat tingkat subluxation walaupun penyesuaian dari caput femoris nampak normal. Faktor utama yang mempengaruhi pertimbangan dari gambar hasil sinar x pada subluxation terutama untuk melakukan perawatan adalah:

1) Dorsal accetabulum rim tidak cukup ("shallow acetabulum")
2) Peningkatan sudut landai yang (coxa valga) dan anteversion dari caput femoris, (sudut normal: kemiringan 146 derajat, anteversion 27 derajat.)

Penilaian dari segi klinis menunjuk anjing yang berusia 5-9 bulan yang menderita hip-dysplasia dapat dinilai radiographically dari 1-4 menurut derajat tingkat subluxation:

Grade 1 = mild dysplasia--50 % caput femoris masih berada didalam acetabulum
Grade 2 : 30%
Grade 3 : 10-20%
Grade 4 = severe dysplasia --complete luxation dari caput femoris

Untuk merespon instabilitas, kapsule sendi ditebalkan dan periarticular osteophytesSekitar 76% anjing yang mengalami dysplastic akan tidak punya permasalahan ketimpangan lebih lanjut setelah usia 14 bulan. dikembangkan untuk menstabilkan sendi, suatu peningkatan secara spontan didalam fungsi jaringan pada umumnya terjadi ketika anjing menjangkau kedewasaan dan pinggul telah stabil.Acetabulum pada kasus hip-dysplasia untuk jangka waktu lama akan menjadi lebih dangkal dan abnormal pemuatan pada pinggul sehingga pengubahan model menjadi pantas dipertimbangkan pada sambungan dan periarticular area dengan perubahan luas formasi periarticular osteophyte dan osteoarthritic sekunder.

Anjing dysplastic dengan perubahan osteoarthritic akan tetap asymptomatic untuk beberapa tahun dan kemudian mulai menunjukkan gejala klinis yang menyakitkan dalam kaitannya dengan faktor seperti kegendutan, trauma pinggul, bergeraknya letak sambungan dan adakalanya infeksi sekunder.

DIAGNOSIS

Berbagai usaha telah dilakukan untuk menemukan metoda yang terbaik untuk mendiagnosa hip-dysplasia pada anjing sedini mungkin. Kelemahan pinggul dapat diperkirakan dengan cara fisik dan radiografi, cara fisik mendeteksi subluxation dengan inspeksi ketinggian trochanter mayor, palpasi sendi coxofemoralis dan membandingkan panjang kaki kanan dan kiri. Adapun radiografi dilakukan untuk meneguhkan diagnosa hip-dysplasia.

Posisi radiografi standart melibatkan penempatan anjing pada rebah dorsal dengan pinggul diluruskan parallel terhadap spina. Lutut ditekuk dan diputar kedalam. Penanganan diperlukan untuk memastikan bahwa pelvis tidak berputar. Telapak kaki harus berada pada 10-12 cm diluar meja terutama pada anjing ras besar, yaitu untuk mengurangi penarikan jaringan lunak dan mencegah subluksasi. Jika konformasi pinggul normal, bagian tengah dari masing-masing caput femoris menempel pada tepi mediocranial accetabelum dengan lebih dari 50% caput tertutupi oleh mangkok accetabulum dorsal. Sendi dikatakan displasia jika caput femoris tidak melekat pada accetabulum, ruang sendi meningkat atau muncul subluksasi, terdapat abnormalitas struktur pada caput femoris atau accetabulum, atau muncul osteofit

Kebutuhan anastesi atau sedasi berat pada radiografi masih diperdebatkan. Hal ini menyediakan penempatan posisi yang akurat tetapi pada kebanyakan kasus tidak diperlukan. Relaksasi otot akibat anastesi akan mempengaruhi derajat subluxasi, meskipun hal ini masih diperdebatkan anjing yang mengalami subluxasi dalam keadaan teranastesi umum tetapi tidak dalam keadaan sadar, akan tampak seperti kejadia hip-displasia pada evaluasi terakhir.

Kelebihan radiografi dalam mendiagnosa hip-dysplasia meningkat sesuai umur. Ketepatan pada anjing umur 24 bulan sebesar 85-95%. Hal ini akan kurang akurat pada anjing muda, meskipun Orthopedic Foundation of Animal (OFA) melaporkan terdapat 89% keakuratan pada evaluasi awal anjing umur 4-23 bulan.

REFERENSI

Cargill, John C., and Thorpe, Susan Vargas. 2000. "Causative Factors of Canine Hip Dysplasia" woodhavenlabs

Denny, Hamish R. 2004. "Management of Hip Dysplasia". 29th World Congress of the World Small Animal Veterinary Association. Rhodes, Greece

Fries, Cindy L and A M Remedios.1995. "The pathogenesis and diagnosis of canine hip dysplasia": review. Canin Veterinay Journal 36, 494-502

Leanne Kate T. 2005. Genetic Analysis of Canine Hip Dysplasia. Dissertation of Texas A&M University. Texas.

Lidbetter, David.2002. "Decision Making in Hip Dysplasia". The Veterinarian Sydney Magazine Publishers Pty Ltd. Sydney

Todhunter Rory J. "Canine Hip Dysplasia". Sheepdog Publishers.

Labels: ,

posted by ali maftuh,DVM @ 10:10 AM  
2 Comments:
  • At 9:05 PM, Anonymous Anonymous said…

    Saudara Ali Maftuh,

    Saya mempunyai seekor Labrador yang kemungkinan besar mengidap HD. Nama saya Wiguna Jadhisno, tinggal di Solo. Apabila berkenan, mohon saya bisa dibantu dalam masalah anjing saya ini. Alamat email saya: xolo@indo.net.id

    Terimakasih.

    Best Regards,
    Wiguna J.

     
  • At 6:58 AM, Blogger Unknown said…

    Anjing saya berumur 1 tahun. Tapi tadi dia tidak bisa berjalan dengan benar seperti lemas pada kaki bagian belakang. Itu HD atau kecapean soalnya kemarin dia main sama temennya sampek jatuh2.

     
Post a Comment
<< Home
 
Google
 
About Me


Name: ali maftuh,DVM
Home: Tubanopolitan, East-Java, Indonesia
See my complete profile

myPetSally

Save 80% on pet medications

Pet-Supermarket.co.uk

Veterinary Journal
PubMed J.VetSci JVB BMC VetPathol ScienceDirect JVDI JVME JVMS JEVS AVJ
------------------
===PDF to WORD===
Veterinary e-books

vet4arab.co.cc

aahanet.org

aahanet.org

Previous Post
Powered by

BLOGGER

Add to Technorati Favorites