Animal welfare itu akal-akalan barat, ya iya lah… Menurut para peternak, menerapkan prinsip animal welfare secara utuh didunia peternakan Indonesia sekarang saat ini sama artinya miskin konyol, karena tata kelola peternakan kita saat ini yang mayoritas masih tradisional atau sedikit semi tradisional sehingga untuk menerapkan mengejar isu animal welfare yang mempunyai cost yang sangat besar, mental dan SDM kita juga belum mampu ataupun sadar akan isu tersebut, sekedar meniupkan isupun akan menjadikan suatu black campaign bagi produk peternakan kita.
Cepat atau lambat isu animal welfare akan dapat menjadikan sebuah hambatan non-tarif dunia peternakan kita dalam percaturan global, sehingga apa salah jika kita sedikit memulai dari hal-hal yang sederhana yang tak memakan biaya juga tenaga besar dimana hanya dengan sedikit kesadaran dan kedisiplinan saja sudah akan serasa mendekatkan diri kita dengan surga (eh… untuk yang satu ini itung-itungannya sama Yang diatas sajalah, soalnya matematikanya sulit dipelajari.)
Berbicara masalah animal welfare, ada seorang teman saya bilang “ah animal welfare itu kan cuma isu dan akal-akalan orang barat kan?”, mendengar komentar seperti itu saya sedikit merasa mendengar kelucuan dari seorang awam nan lugu. ”ya iya lah..., masak ya iya dech.!!! Namanya saja animal welfare, klo namanya kesejahteraan hewan kau bilang dari barat bias abis di hantam bedil sama jendral Nagabonar lo!! Itukan sudah masuk ejaan yang disempurnakan, trus apa kata dunia coba?!!” jawaban ini mucul karena saya teringat kata orang-orang bahwa pertanyaan konyol harusnya dijawab dengan lebih konyol.
Mungkin teman saya benar karena orang-orang barat merupakan bagian dari suatu bangsa yang rakyatnya telah tercukupi secara ekonomi, sehingga bisa memikirkan kesejahteraan hewan, klo kita (bangsa Indonesia_red)??apa tidak cuma “rOso-rOso!!” di iklan saja? Jika kita tidak buta atau mungkin klilipan maka hampir di perempatan- perempatan jalan, di pasar-pasar atau ditempat keramaian lain kita akan sering menjumpai orang-orang yang tidak tersejahterakan hidupnya. Jaka terus begini bagaimana mau mensejahterakan hewan jika manusianya sendiri tidak atau belum sejahtera?
Tapi itulah hidup ada yang kaya ada miskin, ada yang sejahtera ada yang tidak sejahtera, ada yang sadar dan peduli tapi juga ada yang cuek dan masa bodoh. Dan mengenai kesejahteraan hewan apakah tidak lebih arif jika kita bisa terlibat dan peduli dari yang kecil-kecil saja, misalnya ikut menjaga kelestarian hutan sebagai rumah yang nyaman bagi mereka, atau dalam kehidupan sehari-hari seperti memakai pisau yang tajam untuk memotong ayam atau memberi waktu bagi kuda untuk istirahat. ”kerja keras bagai kuda, kuda kapan istirahatnya?” seperti yang dikatakan kank Rockinvisual sebagai seorang pemerhati kesejahteraan hewan bukan penyang tapi nggak tau sekarang.
Memang alam beserta isinya ini (termasuk hewan) diciptakan oleh Tuhan sebagai pemakmur manusia, namun apakah kita telah menjadi sombong sehingga kita dengan sesuka hati menyakiti, mengeksploitasi dan sebagainya terhadap kehidupan mereka. Dan semua itu kembali kepada kesadaran dan pribadi kita masing-masing. ”TERSERAH!!!”
Labels: home, save animal |
lha klo AW ga dimulai sekarang.........truz kapan mulaine,meh ngg kiamat po....hahaha
padahal pas jaman penjajahan, AW udah diterapkan...
mbok pak ali ngasih sosialisasi tentang AW...biar orang2 awam jadi paham...gmn pak