KONJUNGTIVITIS oleh: Ali Maftuh
Conjunctivitis adalah keradangan pada membrane mucosa yang menutupi bagian anterior bola mata dan terletak pada kelopak mata. Pada kucing normal, conjunctiva pada kelopak mata tidak terlihat jelas dan warnanya pink atau pink pucat (pada kucing).
Conjunctivitis menyebabkan pembengkakan membran conjunctival dan kelopak serta conjunctivanya berwarna sangat merah dan sering keluar leleran yang dapat terjadi baik unilateral maupun bilateral.
Penyakit ini dapat terjadi baik secara primer seperti pada kasus alergi, infeksi, lingkungan dan keratoconjunctivitis sicca maupun sekunder karena adanya penyakit mata atau penyakit sistemik ( glaucoma, uveitis, pneumonia, immune-mediated disease, neoplasia dll.).
ETIOLOGI Ada beberapa penyebab conjunctivitis, diantaranya:
Bacterial or virus infection. Infeksi primer bakteri (misal bukan merupakan penyebab sekunder pada kondisi yang lain seperti keratoconjunctivitis sicca ) jarang pada anjing dan kucing kecuali pada conjunctivitis kucing karena Chlamydia dan Mycoplasma. Pada infeksi sekunder dapat disebabkan oleh Streptococci atau Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, E. coli ataupun bakteri lainnya. Conjunctivitis akibat bacterial dapat menyebabkan purulent conjunctivitis yang dihubungkan dengan pyogenic infection sampai tuberculous conjunctivitis. Pada neonatal, conjunctivitis merupakan akumulasi eksudat, sering karena bakteri atau viral dan terlihat sebelum kelopak terpisah.
Virus yang dapat menyebabkan conjunctivitis diantaranya adalah Virus Canine Distemper, Feline herpes virus – dapat menyebabkan perubahan pada kornea (misal ulcer dendritic atau geographic) ataupun juga Calicivirus pada kucing.
Penyakit adnexal sekunder Penyakit pada palpebrae seperti entropion, ectropion dan penyakit-penyakit seperti distichiasis dan ectopic cilia dapat menjadi petunjuk gejala klinis conjunctivitis. Obstruksi sekunder pada bagianpencurahan dari system nasolacrimal ( misal obstruksi ductus nasolacrimal dan imperforate punctum)
Iritasi substansi kimia Ada beberapa variasi bahan kimia yang dapat menyebabkan konjungtivitis diantarnya adalah disinfectant, whitewash, uap formalin, uap sulphur, asap, asam, basa, insecticida dll.
Neoplasia Pada anjing dan kucing jarang dilaporkan adanya tumor pada conjunctiva dan termasuk melanoma, hemangioma, hemangiosarcoma, lymphosarcoma, papiloma dan tumor sel mast. Kondisi pseudoneoplastic umumnya terlihat pada anjing Collie dan campuran collie yaitu berupa nodul episcleritis (juga disebut fibrous histiocytoma, ocular nodular granuloma dan conjunctival pseudotumor) . Kondisi tersebut dipercaya menjadi immune-mediated dan terlihat seperti massa daging yang berwarna, kebanyakan terlihat pada limbus temporal.
Alergi Kondisi yang dapat menyebabkan conjunctivitis adalah alergi khususnya pada anjing yang atopy, conjunctivitis follicular, conjunctivitis sel plasma khususnya pada german Shepherd, conjunctivitis eosinophilic pada kucing, kondisi yang berhubungan dengan penyakit immune-mediated systemic (cth. Pemphigus ).
GEJALA Gejala yang dapat menyertai conjunctivitis adalah :
· Blefarospasmus
· Hyperemia pada conjunctiva
· Leleran mata ( serous, mucous atau mucopurulent )
· Chemosis
· Pembentukan folikel
· Dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan bersin-bersin –pada kucing
· Juling, hal ini terjadi jika korneanya terdapat ulcer atau erosi
· Kornea tampak jernih atau dapat juga keruh apabila terdapat ulcer, erosi atau ada jaringan bekas luka.
· Iris warnanya juga berubah biasanya lebih suram apabila terjadi uveitis
DIAGNOSIS Diagnosa sederhana dapat dibuat setelah dokter hewan memeriksa kondisi hewan, seperti adanya benda asing pada mata, adanya blok pada ductus air mata yang akan mencegah drainase normal pada mata atau luka pada mata dan cornea. Banyak penyebab conjunctivitis yang tidak secara langsung melibatkan mata, oleh karena itu diagnosis spesifiknya dilakukan dengan pemeriksaan darah (CBC/Complete Blood Count). Diagnosa yang lain dapat dilakukan dengan pemeriksaan serum biokimiawi, urinalysis, tes serologis untuk FeLV dan FIV, gross patologi dan histopatologi.
DIFFERENSIAL DIAGNOSA Conjunctivitis primer harus dibedakan dengan conjunctivitis sekunder karena adanya penyakit mata yang lain. Adanya conjunctiva bulbar dengan adanya keterlibatan yang minimal atau tidak dari conjunctival palpebral umumnya mengindikasikan adanya penyakit mata. Keterlibatan conjunctiva palpebral terutama dibandingkan conjunctiva bulbar biasanya terlihat pada hewan dengan conjunctivitis primer atau alergi. Apabila kedua-duanya terlibat maka perlu dipertimbangkan adanya penyebab primer dan sekunder. Pembedaan antara pembuluh darah conjunctival (dapat bebas bergerak) dengan pembuluh darah episcleral ( tidak bebas bergerak ) adalah penting, karena adanya kongesti pada episcleral mengindikasikan adanya penyakit intraocular sedangkan hyperemi conjunctival munkin menjadi tanda conjunctivitis primer atau penyakit intraocular.
TREATMENT Conjunctivitis karena penyebab yang infeksius dapat diobati menggunakan preparat yang mengandung antibiotic untuk mengontrol bakteri dan obat-obatan anti radang untuk menurunkan keradangan dan mendukung pengobatan pertama. Preparat ini dapat berupa tetes atau salep yang dimasukkan ke dalam mata. Pengobatan local mungkin diperlukan yang dilengkapi dengan injeksi atau pil.
Berbagai macam pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi conjunctivitis berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut :
Conjunctivitis karena bacterial Pengobatan dilakukan berdasarkan kultur bakteri dan tes sensitivitas. Treatment awal dengan antibiotic broad spectrum secara topical atau berdasar hasil pemeriksaan sitologi. Apabila pada pemeriksaan sitologi ditemukan cocci maka treatmentnya menggunakan triple antibiotika atau kloramfenikol secara topical adalah yang terbaik. Sedangkan bila yang ditemukan bakteri berbentuk batang, dapat digunakan gentamicin atau tobramycin. Antibiotik sistemik kadang-kadang diindikasikan khususnya jika ada lebih dari satu penyakit ( missal pyoderma ).
Conjunctivitis neonatal Pengobatannya dilakukan dengan membuka tepi palpebrae (dari medial ke temporal), lakukan drainase kemudian obati dengan antibiotic topical dan antiviral bila dicurigai ada feline herpes virus.
Conjunctivitis Chlamydial atau Mycoplasma Pengobatan dilakukan menggunakan tetracycline topical q6h. Terapi dilanjutkan selama beberapa hari setelah resolusi dari seluruh gejala klinis. Kejadian kembali atau reinfeksi sering/umum terjadi dan beberapa tetracycline sistemik digunakan pada kasus yang sulit.
Conjunctivitis herpetic Conjunctivitis karena herpesvirus pada kucing biasanya ringan dan sembuh sendiri. Pengobatan antiviral pada kucing bisa dilakukan atau tidak dan pengobatan diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder bakteri. Obat yang dipilih adalah trifluridine dengan frekuensi pengobatan yang direkomendasikan adalah setiap jam pada hari pertama dan kemudian 5 kali setiap hari.
Conjunctivitis immune-mediated Treatment pada conjunctivitis ini tergantung dari keparahannya. Pemberian corticosteroid secara topical ( misal 0,1% dexamethasone ) akanmemperbaiki gejala klinis dari conjunctivitis karena alergi, conjunctivitis follicular dan sel plasma conjunctivitis, tapi perbaikannya secara temporer. Pengobatan penyakit yang menyebabkan ( misal atopy ) sering dapat memperbaiki gejala klinis.
DAFTAR PUSTAKA Duncan & Prasse. Veterinary Laboratory Medicine Clinical Pathology. Iowa State University Press.
Tilley & Smith. 2004. The Five Minute veterinary consult Canine & Feline Third Edition. Lippincot William & Wilkins. Philadelphia
Labels: home, papervet |
Thanks atas artikelnya, slm kenal...