Image Hosted by ImageShack.us
 

geboy inside:

Save on Pet Meds at PetCareChoice.com
get over £100 worth of Free vouchers

Friday, May 30, 2008
catatan si geboy: Emang harus ya, Qona'ah...?
Emang harus ya, Qona'ah...?

Nrimo ing pandum, seperti itulah orang jawa menyebutnya...

Sambil setengah ngantuk seperti yang sudah biasanya singgah tatkala khotbah jumat telah dimulai. Namun ditengah kesibukan menghalau rasa ngantuk tersebut saya sempat sayup-sayup seperti dongeng terdengar isi khotbah tadi siang dimasjid kampus fkh yang membahas tentang qonaah sebagai penentram jiwa.


Dari khotbah tersebut saya sempat teringat ulasan majalah SWA tentang tidurnya raja rokok Gudang Garam ditengah persaingannya dengan raja baru HM. Sampoerna yang telah diadopsi oleh maha raja Philip Morris.

Complacency Syndrome atau cepat puas diri merupakan salah satu hasil diagnosis dari majalah tersebut dari gejala yang dialami Gudang Garam dalam menantang persaingan usaha, jika syndrom ini menginfeksi manusia atau mungkin sebuah institusi maka pada tingkat kronis akan menunjukkan gejala tenang, nyaman dan merasa dininabobokan oleh kesuksesan yang telah diraih sehingga tidak lagi menjadi sensitif, lengah juga kurang menyadari bahwa bumi itu berputar dan perubahan adalah sesuatu yang kekal dan abadi di bumi ini.

Sering kali kita baru akan menyadari dan bangun dar syndrome ini setelah semuanya menjadi serba sulit untuk bangkit dan jika telah benar-benar kronis bukan tidak mungkin syndrome ini akan terbawa sampai mati.

Dihubungkan dengan sifat qona'ah yang disampaikan khotib tadi siang yang juga memaparkan tentang unggulnya bangsa Bangladesh dalam survey tingkat kebahagiaan masyarakat karena sifat qona'ahnya telah mengalahkan masyarakat di negara Amerika, Eropa, Jepang ataupun Korea yang memiliki tingkat pendapatan penduduk dan index pembangunan penduduk lebih dahsyat dibandingkan Bangladesh. Namun jika direview ke belakang, apakah memang sifat Qonaah ini dapat secara saklek dapat dijadikan keunggulan penduduk bangladesh jika ditinjau dari sudut pandang agama dengan sifat Qonaahnya ataupun dari sudut pandang penduduk Bangladesh sebagai makhluk sosial.

Kita ketahui bersama jika dibandingkan dengan negara kita yang dalam survey dan iklan-iklan politik terlihat sangat besar angka kemiskinannya pun, bangsa bangladesh ini masih jauh tertinggal, namun betapa bahagianya masyarakat Bangladesh telah dibuktikan lewat penelitian dengan menggunakan parameter-parameter yang sangat ilmiah. Dan selanjutnya apakah semangat kebahagiaan seperti ini yang dimaksudkan dalam agama kita ataupun kewajiban sosial kita?

Ada sebuah pesan bijak " Berpikirlah tentang akhiratmu seperti kamu akan mati besok dan berpikirlah tentang duniamu seperti kamu akan hidup selamanya"


Dalam kalimat pertama pesan tersebut jelas tersirat akan sempitnya waktu kita dalam masalah dengan ibadan dan segala urusan kita dengan Tuhan, sehingga kita harus betul-betuk memaksimakan atau minimal mengoptimalkan waktu kita dengan urusan yang satu ini.

Ber beda dengan kalimat yang pertama, dalam kalimat kedua dari pesan ini memiliki dua intepretasi yang sangat berbeda, dimana yang intepretasi pertama menjadikan acuan bagi kita untuk berusaha dan berkarya dengan optimal atau bahkan optimal untuk membeayai kehidupan kita yang akan sangatlama, membeayai hubungan dan sifat sosial kita, serta tanggungjawab untuk saling membantu kepada sesama yang tentunya juga akan sangat lama.

Intepretasi yang kedua dari pesan ini mensiratkan kepada kita untuk tidak lagi berpikir tentang besarnya kebutuhan hidup yang lama didunia, namun karena kita akan hidup selamanya, maka selain hari ini masih ada hari esok dan atau esoknya lagi untuk memikirkan kebutuhan dunia ini. Jadi kita sebagai manusia tidak harus bekerja optimal apalagi maksimal, toh masih ada hari esok, yang penting hari ini saya bisa makan, dan jika diperempatan jalan bertemu orang yang minta-minta saya bisa memberikan uang 500 perak atau memberikan separo jatah makan saya da itu telah membuat saya bersyukur dan membesarkan hati saya karena masih banya orang lain didunia ini yang selama satu hari, dua hari atau bahkan mungkin tiga hari tidak bisa makan apalagi memberikan sumbangan walaupun cuma 500 perak.

trus apakah ini yang dinamakan Qona'ah?

Saya bukannya tidak setuju, namun hanya kurang sependapat dengan sikap tersebut karena menurut saya qona'ah adalah orang yang sangat bersyukur telah mendapatkan seteguk air dan sebatang pisang matang dari usaha kerasnya untuk survive dan bertahan hidup di tengah hutan, atau orang yang sangat bersyukur diterima bekerja sebagai satpam setelah usaha kerasnya untuk menunjukan segala kemampuan dan potensi dirinya, dan qona'ah juga seorang pengusaha tambang yang selalu ingat akan kesejahteraan karyawannya, selalu menyisihkan zakat dari hartanya serta shodaqoh dan jariyahnya dengan tidak lupa membayar pajak bagi negaranya dan bersedia mereklamasi bekas galian tambangya.

Sehingga bagi saya qona'ah adalah selalu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan-Nya, an merasa bahagia atas segala capaian usaha dan tanggung jawab yang telah kita lakukan secara maksimal...

Labels: ,

posted by ali maftuh,DVM @ 2:02 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
Google
 
About Me


Name: ali maftuh,DVM
Home: Tubanopolitan, East-Java, Indonesia
See my complete profile

myPetSally

Save 80% on pet medications

Pet-Supermarket.co.uk

Veterinary Journal
PubMed J.VetSci JVB BMC VetPathol ScienceDirect JVDI JVME JVMS JEVS AVJ
------------------
===PDF to WORD===
Veterinary e-books

vet4arab.co.cc

aahanet.org

aahanet.org

Previous Post
Powered by

BLOGGER

Add to Technorati Favorites